Sabtu, 03 Desember 2011

Geng Motor dan Lemahnya Pengawasan Orangtua

Saya paling ngeri kalau pulang malam-malam, apalgi kalau malam minggu atau minggu malam. Bukan takut hantu, jin, dan sebagainya, tetapi takut kalau bertemu geng motor. Geng motor di Bandung sangat meresahkan karena sudah mengancam keselamatan jiwa orang yang tidak tahu apa-apa. Tadi pagi saya baca koran PR yang berita utamanya tentang keberingasan geng motor di Jalan Dago. Mereka secara brutal merusak toko-toko, menggasak barang, dan menyerang orang yang lagi duduk-duduk. Baca beritanya deh di sini.
Geng motor itu adalah kumpulan anak-anak muda yang kebanyakan remaja tanggung (SMP dan SMA/SMK). Mereka berkonvoi di jalan-jalan secara bergerombol. Kalau ada orang yang lagi kongkow-kongkow di pinggir jalan, mereka serang dengan senjata tajam berbentuk golok atau samurai. Kalau ada yang naik motor malam-malam dan bertemu kelompok ini, alamat badan tidak akan selamat. Kalau tidak harta yang melayang (baca berita ini), badan yang bonyok karena diserang. Sudah banyak korban jiwa akibat serangan geng motor ini. Beberapa bulan lalu ada yang tewas malah (baca berita ini). Kalau yang luka-luka sudah tidak terhitung lagi banyaknya (baca berita ini).
Ada yang bilang mereka melakukan itu dalam keadaan mabuk. Tahu sendiri kalau di Bandung minuman keras sangat mudah diperoleh di warung-warung. Perda Miras yang sekarang dibahas di DPRD Kota Bandung tetap saja belum tuntas, karena ada tarik ulur antara elemen masyarakat yang menentang dengan pengusaha dan penguasa.
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa geng motor itu beraksi tidak dalam keadaan mabuk. Ada teori psikologi massa yang dapat menjelaskan hal ini. Teori itu mengatakan bahwa sekelompok orang kalau berada bersama-sama maka akan timbul keberanian yang datang secara tiba-tiba. Keberanian itu berubah menjadi keberingasan yang melupakan akal sehat. Setiap orang di dalam kelompok tersugesti berbuat apa saja karena mereka sudah dikendalikan oleh nafsu untuk menghancurkan apa saja yang mereka lewati. Teori ini juga dapat menjelaskan perilaku bobotoh Persib jika kesebelasannya kalah menghadapi lawan. Bobotoh berkonvoi berkeliling kota dan meluapkan rasa amarah mereka dengan menghancurkan dan menyerang apa saja yang mereka temui.
Saya melihat geng motor yang beringas ini hanya ada di Jawa Barat (kalau ingin tahu sejarah geng motor di Bandung baca yang ini). Saya tidak pernah mendengar berita ada geng motor di luar Jawa Barat yang bikin aksi meresahkan. Sekilas sangat aneh, di daerah Pasundan yang orangnya terkenal lemah lembut tetapi kok ada aksi kebrutalan geng motor. Apa yang menyebabkan timbulnya keberingasan geng motor?
Secara individu setiap anggota geng motor ini adalah anak yang polos dan terlihat biasa-biasa saja. Sehari-hari mereka adalah pelajar yang tidak terlihat nakal, apalagi brutal. Namun jika sudah berkumpul dalam kelompoknya, maka perilaku mereka dipengaruhi oleh ideologi kelompok. Musuh mereka adalah geng motor yang lain. Jadi, sasaran mereka dalam berhuru-hara malam adalah mencari anggota geng motor lainnya, namun karena tidak bertemu, maka masyarakatlah yang jadi sasarannya.
Yang salah dalam hal ini adalah orangtua. Orangtua tidak mengawasi anak-anaknya, anaknya bergaul dengan siapa saja, ikut siapa saja, keluar kemana saja. Orangtua mereka — yang rata-rata dari golongan ekonomi menengah ke bawah — habis waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mana sempat mereka memperhatikan pergaulan anak-anak mereka. Anak-anak itu akhirnya mencari kelompoknya sendiri untuk menunjukkan jatidirinya. Geng motor adalah pilihan yang menarik karena hobi konvoi dengan motor tersalurkan. Apalagi sepeda motor sangat mudah diperoleh saat ini dengan cicilan yang ringan. Rata-rata orangtau mereka memiliki sepeda motor, dan dengan sepeda motor itu mereka menyalurkan aksinya untuk berkonvoi keliling kota.
Sampai saat ini belum ditemukan cara mengatasi dan membina geng motor. Dilarang juga tidak mungkin, sebab mereka adalah organisasi bawah tanah. Masyarakat yang beraktivitas pada malan hari dibuat resah oleh kehadirannya. Kota Bandung belum memberi rasa aman di malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar